MINIRISET
ANALISIS KERUANGAN TERHADAP PERUBAHAN DAN PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH
DI MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTA MEDAN
Dosen Pengampu : Rohani, S.Pd, M.Si
Disusun
Oleh :
JAKA
SIAHAAN
MARWERRY
TARIGAN
DESI
MELAN
SYAFNA
DELFIRA
RISAN
SITOHANG
DEPI
SINAGA
KELAS
B 2018
JURUSAN
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah
SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat kepada kita semua
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan mini riset ini dengan waktu
yang sudah ditentukan.
Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah
membantu dalam penyusunan tugas ini. Tugas ini kami susun berdasarkan tugas dari mata kuliah Pengantar Geografi. Laporan Miniriset ini berjudul
tentang “Analisis Keruangan Terhadap Perubahan Dan Persebaran Permukiman Kumuh Di Mandala
Kecamatan Medan Tembung Kota Medan”.
Akhir kata, semoga laporan mini
riset ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Kami juga meminta maaf apabila banyak kesalahan dalam penyusunan laporan
mini riset ini. Semoga para pembaca dapat memakluminya.
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................................. 3
2.1 Persebaran Permukiman Kumuh Di
Kota Medan............................................ 3
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................ 5
3.1
Metode Penelitian............................................................................................. 5
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................ 6
4.1
Hasil Penelitian................................................................................................. 6
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 9
5.1
Kesimpulan dan Saran...................................................................................... 9
DOKUMENTASI..............................................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Permukiman kumuh atau kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan
tingkat kepadatan populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya di huni oleh
masyarakat miskin. Kawasan kumuh dapat kita temukan di berbagai kota-kota yang
besar. Kawasan kumuh umumnya dihubung-hubungkan dengan tingkat kemiskinan dan
pengangguran yang tinggi. Masalah-masalah yang paling dikhawatirkan adalah
timbulnya atau terjadinya kantong-kantong kemiskinan yang kronis dan kemudian
menyebabkan lahirnya berbagai persoalan sosial diluar kontrol atau kemampuan
pemerintah kota.
Alasan dipilihnya persebaran
permukiman kumuh di Marelan Kecamatan Medan Tembung kota Medan adalah Sebagai
tugas yakni untuk mengetahiu apa saja yang menjadi faktor adanya permukiam
kumuh di kawasan Marelan kecamatan medan tembung. Dan juga para peneliti ingin
tahu apa saja yang menjadi keluhan yang sering disampaikan oleh masyarakat
rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagian kota yang harus
disingkirkan
Terbentuknya permukiman kumuh sering sering
disebut sebagai dengan slum area dan
dipandang potensial menimbulkan banyak permasalahan- permasalahan perkotaan karena dapat merupakan sumber
timbulnya berbagai perilaku yang menyimpang
seperti kejahatan dan sumber penyakit sosial lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi faktor-faktor
terjadinya permukiman kumuh?
2.Apa masalah-masalah yang
ditimbulkan akibat adanya permukiman kumuh?
3.Bagaimana upaya yang dilakukan
untuk mengatasi permukiman kumuh?
1.2
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini
adalah:
1.
Untuk mengetahui apa saja yang menjadi faktor-faktor terjadinya
permukiman kumuh
2.
Untuk mengetahui masalah yang ditimbulkan akibat adanya permukiman
kumuh
BAB
II
KAJIAN
TEORI
2.1
Persebaran Permukiman Kumuh Di Kota Medan
Kota
Medan dengan luas wilayah 265, 10 km2
(26510 ha) terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan dengan jumlah rumah
tangga 520.343 unit dan jumlah penduduk 2.121.053 jiwa. Medan merupakan kota ke
3 terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kawasan permukiman di
Kota Medan terdapat di 17 Kecamatan yang terbesar di 48 kelurahan, dengan luas
kawasan kumuh 628, 60 ha atau 2,37% dari luas Kota Medan.
Kecamatan
Medan Tembung
Luas
permukiman kumuh di Kecamatan Medan Tembung 58 ha, yang terdapat di Kelurahan
Bantan Timur dan tersebar di 4 lingkungan yaitu lingkungan 7, 8, 15 dan 16.
Kecamatan Medan Tembung memiliki luas 58 ha.
Dari
persebaran permukiman kumuh di setiap kecamatan dan kelurahan, lokasi-lokasi di
permukiman kumuh di kota Medan terdapat di bantaran sungai sepanjang rel kereta
api, daerah pelabuhan, daerah industri, daerah-daerah sekitar perdagangan dan
daerah pinggiran.
1.
Bantaran Sungai
Kota Medan
melalui beberapa sungai, diantaranya: Sungai Deli, Sungai Babura, Sungai
Sunggal (Belawan), Sungai Kera, Sungai Putih dan Sungai Sikambing. Di bantaran
sungai tersebut banyak ditemukan permukiman kumuh yaitu di Kelurahan Kampung
Baru, Aur, Hamdan, Sukaraja, Titi Kuning, Sunggal, Glugur, Pulau Brayan,
Labuhan dan Belawan.
2.
Sepanjang Rel Kereta Api
Permukiman kumuh di sepanjang rel
kereta api banyak dijumpai di Kelurahan Tegal Sari, Kampung Baru dan Titi
Kuning.
3.
Daerah Industri
Permukiman kumuh di daerah industry
terdapat di kelurahan Mabar, Tanjung Mulia.
4.
Daerah Sekitar Pusat Perdagangan
Kawasan
permukiman kumuh yang terletak di sekitar pusat-pusat perdagangan menyebar
merata di inti-inti kota Medan. Penduduk bermukim ditempat-tempat ini karena
dekat dengan pekerjaan, sehingga meringankan transportasi.
5.
Daerah Pelabuhan
Permukiman
kumuh di daerah pelabuhan terdapat di labuhan dan belawan. Daerah ini jika air
pasang maka sebagian dari daerah ini akan tergenang air laut.
6.
Daerah Pinggiran
Permukiman kumuh banyak dijumpai di
daerah pinggiran kota Medan yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
antara lain Mandala, Asam Kumbang, Sunggal, Bantam Timur, dan daerah Mandala.
Permukiman
kumuh yang berada di bantaran sungai rawan terhadap bahaya banjir, yang tiap
tahun melanda kota Medan. Banjir yang terjadi di awal tahun 2011 telah merendam
2.823 rumah permukiman kumuh di Kecamatan Medan Maimun dengan ketinggian air 2
– 7 meter (Sumut Pos, 7 Januari 2011). Selain kecamatan Maimun banjir juga
melanda kawasan-kawasan kumuh lainnya yang berada di Bantara Sungai, seperti :
Kelurahan Sunggal, Polonia, Sukadamai, Titi Kuning, Pakan Labuhan, Besar, Kota
Bangun dan Tanjung Mulia.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survei, analisis data. Metode survei artinya informasi
diperoleh langsung dari responden penghuni kawasan kumuh dengan wawancara serta
pengecekan daerah – daerah yang berubah menjadi permukiman kumuh.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Hasil
penelitian menunjukkan lahan yang peruntukannya tergantikan untuk kawasan
permukiman kumuh terjadi pada lahan – lahan kosong milik negara terutama pada sepanjang
Rel Kereta Api. Distribusi umur penghuni permukiman kumuh di Mandala dengan
persentase terbesar adalah berusia 41 – 61 tahun sebesar 49% diikuti responden
berusia < 41 tahun sebesar 41%. Dengan mengacu pada ketentuan usia produktif
adalah 15 – 64 tahun, maka hampir 91% responden ter-masuk dalam usia produktif.
Status
kependudukan penghuni permukiman kumuh di Mandala dengan persentase terbesar
adalah penduduk pendatang sebesar 30%. Daerah asal penghuni permukiman kumuh di
Mandala dengan persentase terbesar berasal dari wilayah Perkampungan. Secara
kewilayahan, daerah asal penghuni permukiman kumuh di Mandala didominasi mereka
yang berasal dari hinterland (daerah
penyangga) Kota Medan.
Tingkat
pendidikan penghuni permukiman kumuh di Mandala dengan persentase terbesar adalah tidak
sekolah – tidak tamat SLTP (kategori tingkat pendidikan rendah). Pekerjaan yang
dimiliki responden penghuni permukiman kumuh di Mandala dengan persentase
terbesar adalah pada sektor informal. Pekerjaan yang disebutkan oleh responden
(seperti : pedagang, pemulung, tukang becak, buruh bangunan, buruh angkut,
penjual makanan maupun jasa penitipan) merupakan pekerjaan yang tidak memerlukan
pendidikan ataupun keterampilan khusus.
Pendapatan
total keluarga penghuni permukiman kumuh di Mandala dengan persentase terbesar adalah Rp. 150.000
- < Rp.716.666, yaitu sebesar 60%. Tingkat pendapatan ini dikategorikan pendapatan
yang rendah. Orientasi bermukim penghuni permukiman kumuh di Mandala dengan
persentase terbesar adalah dekat dengan tempat kerja, yaitu sebesar 72%.
Alasan-alasan yang dikemukakan oleh responden umumnya mengacu pada dua hal,
yaitu alasan yang bersifat ekonomis dan aksesibilitis. Reaksi apabila terjadi
penggusuran yang dikemukakan responden penghuni permukiman kumuh di Mandala
dengan persentase terbesar adalah menerima dengan pasrah.
Peningkatan kebutuhan akan lahan, khususnya di daerah perkotaan
semakin nampak terutama lahan sebagai wadah untuk menampung kegiatan manusia
maupun sebagai wadah untuk bermukim. Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan
tidak hanya dipengaruihi oleh pertumbuhan penduduk alami semata, tetapi juga dipengaruhi
oleh banyaknya pendatang baru baik dari daerah pedesaan maupun dari daerah
perkotaan di sekitarnya.
Pesatnya
perkembangan kota menjadi salah satu daya tarik bagi penduduk di daerah
hinterland, untuk berbondong-bondong bermigrasi masuk ke daerah perkotaan, hal
ini akan berakibat terkonsentrasinya penduduk di sekitar zona inti kota (core
zone) atau di zone selaput inti kota, seiring dengan pertumbuhan penduduk yang
disebabkan oleh faktor alamiah maupun adanya migrasi penduduk ke daerah
perkotaan, permintaan akan lahan untuk permukiman juga semakin meningkat,
sementara luas lahan kota secara administratif tetap, konsekuensi ekonomis yang
harus disandang adalah harga akan lahan semakin meningkat, akibat yang muncul
terutama bagi migran dan juga penduduk kota yang status ekonominya lemah,
adalah rendahnya kemampuan untuk memiliki rumah.
Dampak yang terjadi
selanjutnya adalah terjadinya pemadatan bangunan (densifikasi) permukiman, yang
berakibat menurunnya kualitas permukiman, dengan demikian di daerah perkotaan
akan timbul daerah-daerah permukiman yang kurang layak huni yang sangat padat,
dan hal ini akan membawa suatu akibat pada kondisi lingkungan permukiman yang
buruk, yang selanjutnya disebut sebagai daerah kumuh (slum area).
Permukiman
kumuh dapat diidentifikasi dari foto udara berdasarkan faktor fisiknya, antara
lain: ukuran rumah kecil, kepadatan rumah tinggi, atap dengan rona tidak
seragam. Atas dasar morfologinya pada foto udara, permukiman kumuh dapat
dibedakan menjadi enam kategori:(1) Daerah permukiman kumuh di daerah lama;(2)
Daerah permukiman kumuh di sekitar daerah industri;(3) Daerah permukiman kumuh
di sepanjang sungai, rel kereta api dan jalan;(4) Daerah permukiman kumuh di
sepanjang kotam/waduk;(5) Daerah permukiman kumuh di daerah pertanian;(6)
Daerah permukiman kumuh di proyek perumahan.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan dan
Saran
1. Pemerintah Daerah Kota Medan harus berusaha
untuk mengatasi permasalahan permukiman kumuh yang ada di Mandala sebagai
bagian integral dari wilayahnya secara komprehensif. Penanganan masalah tidak
hanya menyangkut penghentian atau penghilangan kawasan permukiman kumuh yang
ada tetapi juga harus dikemanakan para penghuninya. Seperti halnya saran dari
beberapa ahli permukiman, pendirian rumah-rumah susun bagi warga kurang mampu
dengan kondisi layak pakai serta harga yang tidak mahal bisa ditempuh. Sudah
saatnya wilayah Pemukiman Kumuh Mandala mengalami pertumbuhan wilayah secara
vertikal dan tidak harus selalu secara horizontal yang terus menerus
menghabiskan lahan produktif yang masih tersisa.
2. Dalam hubungannya dengan penataan ruang kota,
pembangunan permukiman permukiman sehat yang dilakukan juga harus diimbangi
dengan penyediaan lahan-lahan penyeimbang lingkungan seperti taman, jalur hijau
ataupun hutan kota. Hal ini cukup penting terutama dalam mengurangi tingginya
polusi lingkungan yang terjadi.
Komentar
Posting Komentar